BUKIT PINK KECOKLATAN DI DESA LEDEKE, PULAU SABU (2)
Panorama menakjubkan Kelebba Maja di Pulau Sabu, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang diungkapkan seorang traveller, Edyra Guapo, masih berlanjut. Berikut petikan bagian kedua laporannya. (RED).
Perkenalan saya dengan tempat ini, berawal dari foto-foto yang saya lihat di laptop milik teman yang asli Sabu, bernama Pak Nico. Anehnya, beliau tidak tahu nama tempat tersebut. Pak Nico hanya tahu nama desa yang menjadi wilayah keberadaan Kelebba Maja. Tapi Pak Nelson tidak tahu persis letaknya.
Saat kunjungan pertama ke Pulau Sabu tidak sempat mampir ke tempat ini karena keterbatasan waktu. Karena itulah, saya penasaran setengah mati. Saya pun bertekad, suatu hari nanti harus mengunjungi tempat ini, saat berkunjung ke Sabu lagi.
Empat bulan kemudian, tak disangka-sangka saya berkesempatan mengunjungi Pulau Sabu lagi. Tentunya, saya mengangendakan waktu khusus untuk mengunjungi Kelebba Maja. Saya pun langsung menghubungi teman lama (Pak Nico), untuk menemani saya ke sana.
Asyiknya, Pak Nico siap mengantar saya mengunjungi Kelebba Maja. Namun, dia sudah agak lupa jalan menuju Kelebba Maja karena hanya sekali mengunjungi tempat itu dan itu pun sudah lama sekali. Tak apalah, yang penting ada teman yang menemani saya mengunjungi tempat impian.
Saat Minggu, sekitar pukul 08.30, suasana cerah, saya dan Pak Nico berangkat dari Kota Seba. Kami naik sepeda motor, Pak Nico yang menjadi pengendaranya. Pak Nico mengarahkan kendaraan melewati jalan utama yang membelah Pulau Sabu dan menghubungkan Kota Seba dengan Kecamatan Liae dan Kecamatan Hawu Mehara.
Meski namanya jalan utama, jangan Anda bayangkan jalannya bagus dan mulus seperti jalan-jalan di Pulau Jawa. Sekitar 12 kilometer pertama, kondisi jalan masih lumayan bagus, dengan aspal yang cukup mulus. Setelah melewati Bukit Lede Pemulu (salah satu titik tertinggi di Sabu) kondisi jalan mulai rusak, aspal jalan banyak yang terkelupas di sana-sini. Padahal jalan mulai berkelok-kelok, naik turun bukit.
Sampai di pertigaan jalan Desa Ledeke, Pak Nico membelokkan kendaraan ke arah kanan. Karena tidak ingat persis lokasi Kelebba Maja yang berada di Desa Raerobo, Pak Nico bertanya arah jalan menuju ke sana, kepada sekelompok orang yang duduk-duduk di pinggir jalan. Sayang mereka tak ada yang tahu keberadaan tempat tersebut.
Kami pun melanjutkan perjalanan. Selanjutnya, beberapa kali kami bertanya lokasi Kelebba Maja kepada beberapa orang yang kami temui di jalan. Semuanya kompak menjawab tidak tahu lokasi tersebut. Mereka hanya tahu arah jalan menuju Desa Raerobo, tapi tidak tahu letak Kelebba Maja.
Kami tetap melanjutkan perjalanan meski tidak tahu dengan pasti rute jalan menuju Kelebba Maja, sambil sesekali berhenti untuk motret ketika melihat pemandangan menarik.
Salah satunya, kami berhenti di dekat sebuah bukit cantik yang berada di pinggir jalan Desa Ledeke. Bukit dengan lekuk-lekuk indah tersebut, menarik perhatian saya karena berwarna merah muda kecoklatan (peach). Bukit ini rada mirip dengan Kelebba Maja, namun minus pilar-pilar batu berpayung.
Di Pulau Sabu memang banyak tanah yang berwarna peach seperti itu. Belakangan, setelah saya keliling Pulau Sabu, saya menjumpai beberapa tempat dengan tanah berwarna merah peach.
Setelah mengambil gambar bukit cantik tersebut, kami segera melanjutkan perjalanan kembali. Rute yang kami lewati menanjak dengan kondisi jalan yang tidak terlalu bagus. Tiba di sebuah pertigaan dengan jalan tanah, Pak Nico membelokkan sepeda motor ke arah kiri.
Rute yang kami lewati lebih menantang. Jalan berkelok-kelok naik turun bukit, dengan kondisi jalan berubah-ubah, mulai dari jalan tanah, jalan berbatu hingga jalan yang di-paving (semen) di kanan kiri. Bahkan beberapak kali kami harus menyeberangi sungai kering tanpa jembatan. Panorama di kanan kiri jalan sangat menarik. Mulai dari rumah-rumah penduduk berdinding bambu dan beratap ilalang, bukit-bukit gersang dengan sapi dan kuda yang merumput, hingga laut biru di kejauhan.
Sayangnya, kami tidak bisa menemukan Kelebba Maja yang kami cari-cari. Bertanya kepada penduduk juga tidak ada yang tahu. Kami pun kembali ke Seba dengan kecewa. Kelebba Maja yang saya mimpikan sejak lama, belum juga ketemu. (Bersambung/Edyra Guapo)