ARDY GANGGAS MASUK EMPAT BESAR DUNIA DI MEKSIKO (1)
FLOBAMORA DEWATA (DENPASAR). Catatan prestasi R. Ardy Ganggas, S.E., M.For. dari gelanggang olahraga karate berderet-deret. Anak Flobamora ini telah berkali-kali mengharumkan nama Bali. Dia sudah pula berulang-ulang mengangkat martabat bangsa. Apa kesibukannya setelah pensiun sebagai atlet cabang olahraga beladiri ini?
Semangat juang Ardy belum patah arang. Tulang lengan kanannya patah. Ini saat dirinya sedang bertanding dengan lawannya untuk merebut tiket ke babak final.
Ihwalnya, Ardy yang saat ini sedang menempuh program doktor di Pascasarjana Fakultas Kedokteran Unud ini masuk skuad atlet karate Bali dalam PON XIV Surabaya tahun 2006.
Laga awal lawan-lawannya berhasil tumbang. Ardy lolos ke babak semifinal. Dia bertemu musuhnya dari Sulawesi Selatan. Saat duel terjadi, pukulannya telak menghantam kepala lawan. Wasit memberikan angka tambahan baginya. Ardy unggul saat pertandingan hampir usai.
Namun, saat kembali siap-siap melanjutkan duel mendadak dia merasakan sulit mengangkat lengan kanannya. Perasaan Ardy tak enak. Dirinya merasakan ada yang tak beres dengan lengannya.
“Saat saya coba angkat lengan kanan kok sulit. Wah saya berpikir pasti patah. Tetapi, saya tetap siap melanjutkan pertandingan. Untung saat itu memasuki detik terakhir. Saya sudah unggul angka,” ujarnya.
Tulang lengannya ternyata patah. Beruntung waktu duel memang berakhir. Ardy dinyatakan unggul angka atas lawannya. Dia berhasil melaju ke babak final. Predikat runner up sudah di tangan. Ini berarti Ardy minimal berhasil menyumbang satu medali perak untuk Bali ketika itu.
Saat duel di babak final, Ardy tidak mundur. Dia tetap mengenakan kostum karateka layaknya atlet yang siap bertempur menghadapi lawannya merebut medali emas.
“Saya masuk arena pertandingan dengan kondisi lengan digips. Tetapi, saya tidak lagi bisa bertarung di final saat itu. Saya dan lawan hanya formalitas masuk arena. Wasit memberikan kemenangan tanpa tanding kepada lawan akibat cedera patah tulang lengan kanan saya,” kisahnya mengenang salah satu pengalaman mengesankan itu.
Rasa sedih sempat sejenak membebat batinnya saat itu. Ardy merasa kerja kerasnya untuk lolos ke babak final sudah di depan mata. Sayang perjuangan liatnya menambah koleksi medali emas Bali dari arena PON XIV kandas.
Cedera lengannya sembuh seratus persen setelah beberapa bulan dirawat di Bali. Selama itu Ardy harus istirahat dari laga karate. Saat lengannya dinyatakan pulih, dia kembali masuk skuad atlet Bali.
Anak kedua dari tujuh bersaudara ini masuk dunia karate tahun 1974. Kiprahnya di cabang olahraga berprestasi ini mengantarkan dirinya menggondol predikat Dan I di Jakarta tahun 1981. Predikat Dan II diperolehnya di Bandung tahun 1984, Dan III di Jakarta tahun 1990, Dan IV di Jakarta tahun 2000, serta Dan V di Jakarta tahun 2006.
Berbagai ajang kejuaraan telah diikutinya. Ardy tak hanya mengharumkan nama Bali di kancah nasional. Dia juga membawa nama bangsa di pentas internasional.
Kejuaran nasional yang pernah diikutinya memperkuat tim karateka Bali, antara lain PON XIV Surabaya, Jatim, (2000); PON XVI Samarinda, Kaltim, (2008); Tim PP KKI Kasad Cup di Bandung (2002); Tim PP KKI Kasad Cup Bandung di Medan (2006); Tim PP KKI Kasad Cup Bandung di Jakarta (2008); Tim PP KKI dalam Mendagri Cup di Palembang (2007); dan Mendagri Cup di Lampung (2009).
Aneka pengalaman internasional pun ditimba putra Frans Ganggas (alm) dan Maria Theresia Murni Ganggas (almh) ini. Selain AKF Taiwan (2003), Kejuaraan Dunia Karate (WKF) di Meksiko (2004), Kejuaraan Asia (2003), serta Malaysia Open (2005), AKF Makao (2005).
Selain itu, Ardy sempat masuk Pelatnas Jerman dan Uji Coba Eropa (2006), AKF Yunior Malaysia (2008). Dari kejuaraan internasional di Meksiko dulu, Ardy masuk urutan empat besar karateka andal dunia.
Prestasinya dari laga kejuaraan seabrek. Selain Juara I Kelas 60 kilogram, Kelas Bebas, juga Master Bali (1986-1994). Ardy juga menjadi kampiun saat mengikuti Kejurnas Mahasiswa di Bandung (1986-1988); Juara I Kelas 60 kilogram (1986-1988); Juara II Kelas Bebas (1988); Juara III Kelas 60 kilogram Piala Presiden di Jakarta (1986 dan 1988); Juara II Kelas 60 kilogram, Juara III Kelas Beregu, dan Juara II PON XII di jakarta (1989). Pengalaman emasnya juga diperoleh dari WUKO Meksiko (1990); APUKO Aucland New Zealand (1990); Juara II Kelas 60 kilogram, Juara II Kelas Bebas; III PON XIII di Jakarta (2003); Juara I Kelas 60 kilogram, Kelas Bebas, dan Kelas Beregu Kejurnas KKI di Jakarta (1995); Juara II Kelas 60 kilogram Kasad Cup di Balikpapan, Kaltim (1994); Juara II Kelas 60 kilogram dan Juara III Kelas Beregu Piala Presiden/Pra-PON di Surabaya (1995); dan Juara II PON XIV di Surabaya. SYAM KELILAUW