BANYAK PENGIDAP HIV/AIDS DI WILAYAH MALAKA
Diduga saat ini banyak pengidap HIV/AIDS di wilayah Malaka. Namun mereka masih malu dan takut melakukan tes HIV/AIDS.
” Saat ini di Kecamatan Malaka Barat baru tiga orang yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS. Namun secara kasat mata dari sisi klinis saya melihat ada banyak masyarakat Malaka yang sudah terinfeksi HIV/AIDS. Namun mereka masih takut dan malu untuk tes HIV/AIDS di puskesmas atau RSPP Betun.
Padahal tes bisa kita jamin kerahasiannya dan gratis. Dengan tes, bagi yang positif akan kita bantu obat ARV untuk menekan pertubuhan virus HIV,” ungkap Kepala Puskesmas Malaka Barat, Yohanis Blegur usai memberikan materi sosialisasi HIV/AIDS kepada pemuda di Gereja GMIT Makthian, Desa Besikama, Malaka, Kamis (16/6/2016).
Blegur mengaku di Malaka masih kekurangan tenaga konselor guna melakukan kontrak dengan orang yang mau melakukan tes HIV/AIDS. Dari 17 puskesmas, hanya empat puskemas yang ada tenaga konselornya. Padahal untuk tes HIV/AIDS keberadaan tenaga konselor diwajibkan ada.
“Kita (tenaga konselor, red) terpaksa harus berkeliling ke beberapa puskesmas jika ada warga yang ingin tes HIV/AIDS. Jika positif, kita akan konseling dengan pengidap untuk menentukan pengobatan yang akan ditempuh,” jelas Yohanis.
Pegelolah program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Malaka, Marselinus Bria Muti mengatakan Malaka merupakan kabupaten epidemik HIV/AIDS yang cukup tinggi. Para pengidap terinfeksi umumnya karena ketidaktahuan mereka tentang penyakit itu. Oleh sebab itu, sosialisasi terkait HIV/AIDS perlu terus digalakkan hingga ke pelosok desa guna memberikan informasi terkait penyakit ini.
“Masih banyak masyarakat kita tidak tahu soal HIV/AIDS sehingga begitu terinfeksi mereka malu dan bingung harus bagaimana. Akhirnya mereka memilih menyembunyikan penyakit mereka. Karena itu, sosialisasi harus terus digalakkan di Kabupaten Malaka,” ujarnya.
Area Manager Malaka LSM UPKM -Cede Betesda Yakum, Astantri Djama, mengatakan saat ini banyak orang dengan HIV/AIDS (odha) mengalami diskriminasi dari masyarakat sekitarnya. Kebanyakan ruang gerak odha dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar dibatasi, bahkan diberikan stigma negatif. Diharapkan dengan sosialisasi bisa menghilangkan diskriminasi terhadap odha.
Pantau Pos Kupang, sosialisasi ini dihadiri sekitar 50 pemuda GMIT Makthian. Para pemuda gereja serius mendengar materi terkait HIV/AIDS. Beberapa diantaranya berniat melakukan tes usai sosialisasi. Direncanakan, pada 20 Juni sosialisasi yang sama akan dilakukan di Gereja Katolik Besikama dengan sasaran orang muda katolik. (pos kupang)