BUNG KARNO DI RUMAH ENDE 20 TAHUN KEMUDIAN (1)
PENGANTAR REDAKSI. Hari ini 1 Juni 2016. Ini Hari Lahir Pancasila. Suasana hari ini adalah suasana sejarah Bung Karno dan Pancasila. Dan, itu tidak bisa lepas dari Kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kota yang menjadi tempat pengasingan Bung Karno selama 1934-1938. Di kota kecil ini Bung Karno menemukan Pancasila. Kaitan ini, usaha keras senior dan sahabat di dunia jurnalistik Roso Daras sungguh membuka banyak cerita menarik di balik pengasingan Bung Karno di Ende saat itu. Seizin wartawan dan penulis buku ini, Syam Kelilauw mengutip kisah menarik yang diramu Mas Roso, panggilan akrabnya, itu untuk diturunkan Flobamora Dewata secara berseri.***
FLOBAMORA DEWATA (DENPASAR). Salah satu bukti sejarah menarik ditunjukkan Roso Daras. Bung Karno kembali ke Ende setelah diasingkan penjajah Belanda ternyata 20 tahun kemudian. Itu saat Bung Karno menjabat Presiden Republik Indonesia.
Sejarah itu ditunjukkan lewat sebuah foto bertuliskan, “Pengresmian rumah museum (bekas rumah kediaman Bung Karno di Ende) oleh P.J.M. Presiden Rep. Indonesia, pada hari Minggu, tgl 16 Mei 1954.”
Memang Bung Karno kembali ke Ende 20 tahun kemudian. Itu, ditulis Roso Daras, sebagai Bung Karno “pulang” ke rumah Ende. Bukan sebagai orang interniran (buangan) penjajah seperti yang ia alami tahun 1934, tetapi sebagai Presiden Republik Indonesia, pada tahun 1954.
Sejak itu, rumah tadi menjadi situs peninggalan sejarah yang dipelihara pemerintah. Sebelumnya, Bung Karno sudah meminta Kepala Daerah Flores di Ende, Monteiro untuk melakukan proses pembelian rumah yang terletak di kawasan bernama Ambugaga itu. Monteiro pun langsung menghubungi sang pemilik, salah satu orang berada di sana, Haji Abdul Amburawuh. Transaksi pun terjadi, dan selanjutnya, menjadi aset pemerintah hingga sekarang. (Bersambung)